Revolusi
Indie Label Indonesia : BY DONNY – MAY 21, 2007
“Kelompok musisi independen Indonesia ribuan jumlahnya. Membentuk komunitas dengan jenis musik berbeda. Di Bandung, sepekan bisa lahir 3 album indie, diduga omzetnya milyaran perak perbulan. Banyak menyebut dirinya underground.”
Dari Industrial Sampai Ska
Kata underground naik daun lagi,
dan jadi bahasa bersayap bagi kalangan musisi independen. Di Bandung basis
kelompok musisi indie, kata underground diterjemahkan sebagai ‘bawah tanah’,
dengan arti khusus ‘kebebasan buat bergerilya’.
Kami menyebut underground sebagai
spirit bermusiknya. Di Bandung underground nggak ada godfather-nya. Jadi, semua
bersaing. Semua memiliki kubu dan massa masing-masing. Beda dengan di Jakarta,
dulu ada satu grup yang menjadi pimpinan underground. Di Sukabumi juga begitu, kata Jodyan, penyiar Radio MGT FM Bandung, yang sedang berjuang
mengudarakan program ‘Band Indie’ saban Minggu siang di radionya. Anak muda ini
pernah mengalami suasana nggak enak sehubungan dengan pengudaraan mata
acaranya, Karena kata underground diartikan salah kaprah. Bagi sebagian
musisi, kata underground diartikan sebagai band-band pembawa lagu-lagu keras,
tapi buat saya dan banyak musisi lainnya,underground bisa diisi segala macam
jenis musik, selama mereka belum masuk pada major label, tambah Jodyan.
Pendapat ini disetujui oleh
Beng-Beng, gitaris Pas Band, kelompok indie Bandung yang terawal menembus
major label di bawah bendera Aquarius Musikindo. Pas awalnya memang mainin
musik rock, terinspirasi oleh Nirvana, yang awalnya juga band indie. Tapi,
sejalan dengan pendewasaan bermain musisinya dan moodnya pada saat mencipta
lagu, boleh saja suatu saat lagu karya kami agak kalem sedikit. Lagu Bocah pada
album baru kami Psycho I.D nggak ada kaitannya dengan perubahan sikap
bermusik Pas. Bocah lahir di tengah kondisi pemain Pas sedang riang-gembira
Yuki baru punya anak pertama – sedang isi lagu kami di album mini perdana Four
Through The Sap – memang harus keras begitu, karena pada saat itu kami
sedang berjuang dan suka main lagu yang lebih cadas, ujar Beng-Beng. Jadi underground memang boleh jenis musik apa saja, karena tergantung spirit
bermainnya. Spirit untuk bisa independen, bebas menentukan jenis musik dan
mencipta lagu, tidak didikte siapapun, “ lanjut pendiri Band Air dengan
lagu hit ‘Bintang’ ini.
Namun, bagi Risris Rap pemilik
kios ‘Gudang Bawah Tanah’ di Plaza Palaguna, Bandung, underground lebih dekat
dengan jenis musik metal. Jenis musik ini memang jauh dari incaran perusahaan
rekaman besar yang ‘resmi’, yang biasa disebut major label. Bahkan teman-teman
Risris yang diwawancarai NewsMusik di depan kiosnya di Palaguna berpendapat
agak ekstrem, Kalau band indie masuk major label, pasti konsep bermusiknya
jadi beda, karena harus disesuaikan dengan pasar, dan tak dapat beridealis ria
lagi.Pendapat yang sama diberikan oleh grup brutal death Jakarta,
Bloody Gore.
Pendapat inilah yang ditolak oleh Beng-Beng, Jun
Fan Gung Foo dan Noin Bullet dari Bandung. Noin Bullet yang
memainkan musik ska-core, awalnya memang indie label, namun kini masuk
lingkaran major label Warner Music Indonesia. Tapi musik kami tak berubah.
Semua lagu yang kami jual dengan indie label, langsung diedarkan lagi oleh
Warner, dengan label Warner Music Indonesia. Tanpa berubah, tanpa didikte
siapapun, kata Chairul, gitaris Noin Bullet. Bersama Beng-Beng, ia curiga,
jangan-jangan anak-anak indie banyak iri, karena Pas, Noin Bullet dan beberapa
band indie lainnya bisa masuk major label, sementara mereka ‘belum’.
Banyak band-band indie yang
sejak awal saja sudah alergi sama major label, dan tak mau menawarkan lagu-lagu
karyanya ke sana. Padahal banyak contoh menarik tentang band-band indie yang
masuk major label, seperti Netral, Pas, Jun Fan Gung Foo dan Sucker
Head. Lagu Walah yang ngetop dari album perdana Netral, awalnya
mengudara mewakili band indie di acara Indielapan-nya Radio Prambors, “ ujar
Dodo Abdullah mantan produser acara Indielapan – Prambors – kini menjadi
produser band-band warna baru dengan label ‘Independen Records’ dan ‘Pops’ di
bawah Aquarius.
Akhirnya, dalam keluarga
underground alias independen itu, ada jenis musik yang beragam :
industrial-techno, hardcore, brutal death metal, punk, hard-rock, ska,
alternative bahkan pop sejenis musiknya Sheila on 7 dari Yogya.
(sumber: http://www.newsmusik.net)
0 comments
Post a Comment